Dampingan Majelis Pelayanan Sosial PWM DIY turut meriahkan Muhammadiyah Jogja Expo 2022, group semi akustik Orgentice merupakan kelompok tuna netra yang bergelut dalam dunia musik dan seni, group ini merupakan salah satu kelompok difabilitas dampingan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PWM DIY. Dalam event MJE 2022 Orgentice tampil memukau, ditengah suasana malam pasca magrib hari sabtu malam dipanggung Muhammadiyah Jogja Expo, Orgentice membawakan sebuah lagu berjudul Jogjakarta, lagu ini dibawakan oleh tujuh personil dengan komposisi, pemain bas saudara deden abdurahman, pemain gitar saudara Deddy sufand, pemain Kajon saudara Anang, dan vokalis Mas Suroyo, Mbak Novi Purwanti, dan mas Hariyanto.
Orgentice bukan group sembarangan, group ini baru saja dibentuk setelah pelatihan difabilitas yang diadakan oleh MPS PWM DIY bekerjasama dengan PT TWC pada bulan Agustus 2022, walaupun baru dibentuk anggota orgentice sudah berpengalaman dalam industri musik dan kesenian. Salah satu dari pemain orgentice, mas deden merupakan penyanyi tuna netra yang pernah diundang di hitam putih trans7, beliau sempat viral karena suara merdunya ketika mengamen di malioboro, orgentice saat ini beranggotakan delapan personil dengan keahlian masing-masing
Dalam dinamikanya kelompok ini dibersamai oleh Majelis Pelayanan Sosial PWM DIY baru selama 6 bulan, pada awalnya pertemuan MPS dengan Ogentice terjadi secara tidak sengaja, berawal dari pasca relokasi yang menyisakan problematika bagi kelompok musik dan seni difabilitas di Malioboro yang bernaung dalam kelompok Jaya Musik Malioboro, banyak dari anggota kelompok tersebut yang menggatungkan kehidupanya di kegiatan Menyanyi dan tampil di Kawasan Malioboro. Atas keadaan tersebut kelompok Jaya Music Malioboro (JMM) kemudian mencari beberapa bantuan untuk melakukan advokasi atas hak mereka dalam mencari nafkah.
Berawal dari komunikasi individu antara salah satu anggota MPS PWM D.I Yogyakarta dengan Anggota JMM, hubungan yang sudah terjalin itu kemudian berlanjut hingga pada pengajuan pertemuan antara MPS dengan kelompok JMM. Pertemuan yang terlaksana menghasilkan keputusan berupa kesanggupan MPS PWM DIY untuk membersamai JMM dalam melangkah, Dilakukanlah pendampingan hingga audiensi dengan Wakil Wali kota dan Komite Pemenuhan Hak Disabilitas DIY.
Dalam perkembanganya, pendampingan yang dilakukan tidak hanya melalui jalur advokasi saja, tetapi juga dengan melaksanakan pelatihan dengan mendatangkan tenaga profesional sebagai pelatih. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kapasitas keterampilan, sesuai dengan keahlian yang dimiliki masing-masing anggota JMM. Meliputi pelatihan MC, Vokal, dan alat musik. Maka dari kegiatan tersebut lahirlah kelompok Orgentice sebagai tindak lanjut pendampingan pasca pelatihan. (Bagus)